Gegenpressing, atau yang sering disebut sebagai “counter-pressing”, telah menjadi salah satu strategi paling menarik dan efektif dalam sepak bola modern. Dikembangkan oleh pelatih legendaris Jürgen Klopp, Gegenpressing adalah taktik di mana tim berusaha untuk segera merebut bola setelah kehilangan penguasaan, dengan tujuan untuk mencegah lawan melancarkan serangan balik yang berbahaya. Konsep ini berfokus pada tekanan tinggi di seluruh lapangan dan menciptakan situasi di mana lawan kesulitan untuk membangun serangan mereka.
Menerapkan Gegenpressing membutuhkan disiplin, koordinasi, dan stamina yang luar biasa dari seluruh pemain. Meskipun beberapa tim top di Eropa telah mengadopsi taktik ini, setiap tim menerapkannya dengan cara yang sedikit berbeda, sesuai dengan gaya permainan dan filosofi mereka. Artikel ini akan menggali lebih dalam tentang penerapan Gegenpressing dengan melihat studi kasus beberapa tim terbaik yang sukses menggunakan strategi ini.
1. Liverpool di Era Jürgen Klopp
Tidak ada yang lebih identik dengan Gegenpressing daripada tim Liverpool di bawah Jürgen Klopp. Pelatih asal Jerman ini terkenal karena pendekatannya yang intens dalam sepak bola, yang mengubah Liverpool menjadi salah satu tim paling menakutkan dalam sejarah Premier League. Klopp pertama kali memperkenalkan Gegenpressing ketika melatih Borussia Dortmund, dan setelah pindah ke Liverpool pada 2015, ia membawa filosofi yang sama.
Gegenpressing Klopp berfokus pada serangan cepat dan tekanan tinggi. Saat kehilangan bola, para pemain Liverpool langsung mencoba untuk merebutnya kembali dalam beberapa detik. Jika bola hilang di area pertahanan lawan, pemain Liverpool akan mengejar dan menekan lawan tanpa memberikan ruang untuk berpikir atau bergerak. Salah satu contoh terkenal dari taktik ini adalah kecepatan dan agresivitas yang ditunjukkan oleh pemain seperti Mohamed Salah, Sadio Mané, dan Roberto Firmino yang selalu siap untuk melakukan pressing dan merebut bola begitu kehilangan penguasaan.
Penerapan Gegenpressing di Liverpool tidak hanya sukses di level domestik, tetapi juga di level internasional. Pada 2019, Liverpool memenangkan Liga Champions setelah menyingkirkan Barcelona dalam comeback leg kedua yang spektakuler, yang sebagian besar dapat dikaitkan dengan kemampuan mereka untuk menekan Barcelona secara agresif dan memaksimalkan transisi serangan dengan cepat.
2. Bayern Munich di Bawah Hans-Dieter Flick
Setelah pemecatan Niko Kovač pada 2019, Hans-Dieter Flick mengambil alih kendali Bayern Munich dan mengubah tim menjadi salah satu yang paling menakutkan di dunia dengan penerapan Gegenpressing yang intens. Flick, yang sebelumnya bekerja sebagai asisten pelatih di bawah Pep Guardiola, mengadaptasi gaya permainan yang sangat mirip dengan yang digunakan Klopp di Liverpool, namun dengan sentuhan tambahan yang sesuai dengan pemain Bayern Munich.
Salah satu kunci keberhasilan Flick adalah cara serangan balik cepat yang mengubah tekanan tinggi menjadi gol. Pemain seperti Robert Lewandowski, Thomas Müller, dan Kingsley Coman berperan penting dalam transisi serangan yang cepat setelah memenangkan bola. Bayern Munich secara konsisten menekan lawan dengan jumlah pemain yang banyak dan menciptakan peluang gol dalam hitungan detik setelah merebut bola. Gaya ini terbukti efektif, dengan Bayern Munich memenangkan Liga Champions 2020, mengalahkan Paris Saint-Germain di final, dan meraih kemenangan 8-2 atas Barcelona di perempat final, yang menjadi salah satu momen paling ikonik dari penerapan Gegenpressing.
Flick memanfaatkan teknik ini dengan sangat baik di Bundesliga, yang mengarah pada kemenangan treble Bayern Munich, termasuk Piala Dunia Antarklub FIFA. Gegenpressing Bayern Munich menciptakan dominasi yang hampir total di Eropa, di mana mereka mampu mengontrol tempo permainan dengan sangat baik.
3. Borussia Dortmund: Awal Mula Gegenpressing
Sebelum Klopp membawa Gegenpressing ke Liverpool, ia telah mengukir nama besar di Borussia Dortmund. Di sini, Klopp menerapkan prinsip dasar dari taktik ini dan membuat Dortmund menjadi salah satu tim paling menghibur dan tangguh di Bundesliga. Pada 2011 dan 2012, Dortmund berhasil memenangkan Bundesliga dengan gaya permainan yang sangat mengandalkan tekanan tinggi dan serangan balik cepat.
Pemain seperti Mario Götze, Robert Lewandowski, dan Ilkay Gündogan menjadi contoh sempurna bagaimana Gegenpressing dapat dijalankan di tim dengan efektivitas tinggi. Klopp memanfaatkan kepingan strategi ini untuk mengejutkan lawan, menciptakan banyak peluang gol dalam waktu singkat. Ketika kehilangan bola, para pemain Dortmund langsung melakukan pressing untuk mengembalikannya, dan begitu bola berhasil direbut, mereka langsung bertransisi menjadi tim menyerang dengan kecepatan luar biasa.
Dortmund di bawah Klopp menjadi tim yang sulit ditaklukkan, dan meskipun mereka tidak memenangkan Liga Champions pada saat itu, mereka memainkan sepak bola yang sangat memikat dan mendekatkan mereka pada kejayaan Eropa. Pengaruh Klopp terhadap filosofi permainan tim ini menjadi landasan bagi banyak tim yang mengadopsi Gegenpressing setelahnya.
4. Manchester City di Era Pep Guardiola
Meskipun Pep Guardiola lebih dikenal dengan pendekatannya yang berbasis penguasaan bola (tiki-taka), ia juga mengadaptasi beberapa elemen dari Gegenpressing, terutama dalam cara timnya menekan lawan setelah kehilangan bola. Di Manchester City, Guardiola telah mengembangkan variasi dari taktik ini yang menekankan penguasaan bola yang cerdas dan tekanan cepat setelah kehilangan penguasaan.
Guardiola menginstruksikan para pemain untuk melakukan pressing kolektif secara terorganisir, di mana pemain-pemain seperti Kevin De Bruyne, Raheem Sterling, dan Bernardo Silva menjadi bagian penting dari strategi ini. Saat kehilangan bola, City akan segera berusaha untuk menekan lawan dan merebutnya kembali secepat mungkin. Ini adalah bagian dari filosofi Guardiola yang menggabungkan penguasaan bola dan tekanan tinggi, yang menciptakan keseimbangan yang luar biasa antara menyerang dan bertahan.
Manchester City di bawah Guardiola telah berhasil memenangkan berbagai gelar domestik, termasuk Premier League dan Piala FA, dengan penerapan taktik ini yang efektif. Guardiola mungkin tidak menerapkan Gegenpressing dengan intensitas yang sama seperti Klopp, namun ia tetap memanfaatkan prinsip-prinsip dasar dari taktik tersebut untuk meraih kesuksesan besar.
5. Tim Nasional Belanda: Menerapkan Gegenpressing di Tingkat Internasional
Meskipun Jürgen Klopp dan Pep Guardiola sering dianggap sebagai pelatih utama yang menerapkan Gegenpressing di level klub, tim nasional Belanda juga telah mengadopsi prinsip-prinsip dasar dari taktik ini, terutama setelah keberhasilan mereka di bawah kepemimpinan pelatih seperti Ronald Koeman dan Louis van Gaal.
Di level internasional, Belanda menggunakan Gegenpressing sebagai salah satu taktik utama mereka untuk menciptakan serangan balik yang cepat dan efektif. Tim-tim dengan pemain-pemain seperti Frenkie de Jong, Memphis Depay, dan Georginio Wijnaldum memanfaatkan taktik ini untuk menekan lawan dan merebut bola kembali secepat mungkin. Hal ini memungkinkan Belanda untuk mempertahankan permainan yang lebih dominan dan memiliki peluang untuk mencetak gol dari transisi serangan yang cepat.
Gegenpressing telah berkembang menjadi salah satu strategi paling efektif dan inovatif dalam sepak bola modern. Tim-tim seperti Liverpool, Bayern Munich, Borussia Dortmund, dan Manchester City telah berhasil mengimplementasikan prinsip-prinsip dasar dari taktik ini untuk meraih kesuksesan besar, baik di level domestik maupun internasional. Dengan tekanan tinggi yang konsisten dan kemampuan untuk bertransisi dengan cepat dari bertahan ke menyerang, Gegenpressing menawarkan keuntungan strategis yang tidak hanya menyulitkan lawan, tetapi juga menciptakan kesempatan gol yang lebih banyak.
Sebagai taktik yang mengandalkan kerja sama tim, disiplin, dan kecepatan, Gegenpressing terbukti menjadi salah satu senjata paling efektif di sepak bola modern, dan penerapannya oleh tim-tim terbaik di dunia hanya mengukuhkan posisinya sebagai strategi yang sangat berpengaruh dalam dunia sepak bola.